Bab 538
“Baiklah, sekarang bisa memanggilku papa, ‘kan?”
Danicl sudah tidak sabar ingin mendengar anak–anak memanggilnya papa. Sudah sebesar ini, dia
tidak pernah berusaha keras untuk menyenangkan orang lain.
Beberapa hari ini, ruang kantornya penuh dengan sctumpuk buku pendidikan anak–anak. Setiap hari
dia incncari waktu untuk meneliui berbagai macam cara berinteraksi dengan anak kecil, sungguli
niemusingkan.
Dia melakukan begitu banyak demi membuat ketiga anak ini bersedia memanggilnya dengan sebutan
papa.
“Tidak mau...” Carla mengeruculkan bibir mungilnya dengan tidak senang, sambil memasang ekspresi
tidak bersedia.
Carlos dan Carles baru saja ingin berbicara, ictapi melihat Carla tidak setuju, mereka pun segera
menarik kembali kata–kata mereka.
“Masih ada pertanyaan?”
Daniel bertanya dengan hati–hati.
Ini sungguh pertama kalinya dia begitu berhati–hati seperti ini.
“Sebutan papa tidak enak didengar.” Carla mendongakkan kepalanya, lalu berkata dengan polos,
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Menurutku, scbutan papi lebih cnak didengar.”
“Benar, benar...” Carles ikut menambahkan, “Kami memanggil Mami dengan sebutan mami, bukan
mama. Jadi, seharusnya memanggilmu dengan sebutan papi.”
“Kalau begitu, panggil Papi saja.” Terakhir Carlos mengumumkan.
“Ya, ya.” Carles dan Carla segera menganggukkan kepala.
Kemudian, ketiga anak itu saling menatap, lalu menatap Tracy dan Daniel.
Tidak ada yang mau mulai bicara dulu.
Daniel memegang dahinya, dalam hati merasa sangat tersiksa, benar–benar sangat sulit ingin
mendengar mereka memanggilnya dengan sebutan papi.
“Cepat panggil.” Bibi Juni juga mendesak.
Tracy hanya bisa tersenyumn, tetapi tidak berbicara.
“Aku hitung satu, dua, liga, lalu kita panggil bersama.” Carla melakukan sebuah gerakan tangan,
seperti dirigen yang sedang memandu orkestra, “Satu, dua tiga!”
“Papi..
Ketika anak itu memanggil secara bersamaan dengan suara yang sangat lantang juga membawa
kelembutan anak kecil.
Hati Danic) sudah mau mclclch, dia segera mcrcngkuh ketiga anak itu ke dalam pelukannya.
Dia ingin belajar seperti Tracy yang suka mencium mereka, tetapi dia tidak tahu harus bagaimana
memulainya.
“Papi, Papi, Papi, Papi...”
Ketiga anak ini mengelilingi Daniel dan terus memanggilnya tanpa henti, bahkan juga berebut untuk
mencium pipinya.
Roxy, yang terbangun karena suara mereka, juga mengepakkan sayapnya dan terbang ke atas kepala
Daniel, lalu ikut bersuara, “Papi, Papi, Papil”
Danicl, yang dikelilingi sccara antusias oleh anak–anak, merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan.
“Haha, baguslah, baguslah.”
Melihat pemandangan ini, senyum Bibi Juni merekah lebar.
Sementara Tracy, matanya sudah berkaca–kaca...
Dia merasa sangat bahagia, tidak disangka adegan yang dulu tak berani dia pikirkan bisa terwujud
secepat ini.
Dia ingin tinggal di dalam kebahagiaan yang sempurna ini, ictapi rasa sakit yang intens kembali terasa
di lengan kanannya dan langsung menyebar ke atas, hampir dengan cepat sampai di pundak, lalu
pelan–pelan memudar...
Demi menutupi rasa tidak nyaman yang dia rasakan, Tracy memeluk sebuah bantal dan menutupi
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmlengan kanannya.
Namun, rasa sakit itu semakin lama semakin kuat, seperti ada puluhan ribuan semut yang
menggerogoti pembuluh darahnya, hampir akan meledak...
Tracy tidak bisa menahan rasa sakit itu, maka dia langsung berdiri dan segera berlari ke toilet.
“Hah?” Anak–anak tertegun, lalu menoleh dan melihat Tracy, “Ada apa dengan Mami?”
“Mungkin terlalu gembira.” Carles merangkak naik ke atas sofa, lalu naik ke atas punggung Daniel
yang lebar, “Papi, gendong aku!”
“Oke.” Perhatian Danicl sepenuhnya tcrarah pada anak–anak dan tidak terlalu memerhatikan kondisi
Tracy. Hanya saja, karena mengkhawatirkan Tracy, dia pun berkata kepada Bibi Juni, “Bibi Juni, maaf
merepotkaniu untuk melihat Tracy.”
“Baik.” Bibi Juni mengangguk, lalu berdiri sambil tersenyum, “Nona pasti merasa sangat tersentuh,
pergi ke toilet diam–diam menghapus air matanya.”
+Mamucnangis tersedu–seclu...” Carla menggosok malinya dengan tangan mungilnya, lalu meniru
ekspresi menangis Tracy. “Seperti ini, huhuhu!”
“Carla nakal, tidak boleh meniru Mami.” Carlos mengkritiknya.
Carla menibuat ekspresi wajah jelek ke arah Carlos, lalu masuk ke dalam pelukan Daniel. “Papi. peluk
aku