Bab 1914
Akhirnya, Lorenzo kembali dan dengan ragu-ragu berjalan ke dalam gua....
Jasper dan Wezo mengikuti dari belakang dengan senter menyala.
Sonny dan dua pengawal lainnya mengikuti di belakang. Keduanya tidak menahannya lagi, mereka hanya
memberi isyarat agar dia tidak bicara.
Sonny menutup mulutnya, tidak berani mengeluarkan suara.
Cahaya senter menerangi gua, seperti cahaya suci merembes masuk, membawa harapan baru!
Dewi mengangkat kepalanya dan melihat sosok Lorenzo yang ramping dan tinggi, tiba-tiba ada keinginan untuk
menangis....
Akhirnya, dia diselamatkan!!!
Ternyata kamu benar-benar ada di sini..."
Sama sekali tidak ada antusias, kegembiraan, atau kesedihan seperti yang diharapkan ....
Lorenzo terlihat sangat tenang, bahkan agak cuek.
woww na byt row in work on
Dia berdiri di depan Dewi, menatapnya seolah memandang rendah kehidupan yang lemah.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Tabib Dewi!”
Di sisi lain, Sonny bergegas mendekat dengan penuh semangat, mencoba mengusir tikus dan serangga di tubuh
Dewi, tapi tersandung oleh Wezo dan jatuh ke tanah.
Dia ingin bangkit berdiri, tapi kedua pengawal langsung menginjaknya.
Sonny merupakan teman kerja yang paling bodoh dan lugu di antara yang lainnya, jangan sampai dia merusak
momen baik sang Tuan.
“Tolong aku....”
Dewi mengulurkan tangannya pada Lorenzo untuk meminta bantuan.
Tapi Lorenzo masih acuh tak acuh dan menghela napas tak berdaya, “Aku memperlakukanmu dengan sangat
baik, mengapa kamu selalu ingin kabur?”
“Bawa aku pergi...."
Dewi tidak mau membicarakan hal ini dengannya, ada banyak tikus, semut, dan berbagai serangga merayap di
tubuhnya.
Serangga masuk ke telinganya, tikus berlarian di sekujur tubuhnya....
Dia hampir sekarat, tapi Lorenzo masih ingin berdiskusi dengannya, mengapa dia ingin kabur?
“Kamu menolak untuk menikah denganku, mengapa aku harus membawamu pergi?”
Lorenzo berjongkok, memutar ekor tikus dengan dua jari dan menggantungnya di depan mata Dewi.
“ahr
Dewi menutup matanya, tidak berani inelihat.
“Bukannya kamu pandai memanipulasi hewan?” Lorenzo memandangnya dengan geli, “Kenapa kamu takut pada
tikus?”
“Bajingan kau L...."
Dewi sangat kesal hingga ingin memakinya, tapi dia membawa tikus itu ke depannya, kumis tikus hampir
menyentuh wajahnya.
“Saat seperti ini, kamu masih berani memaki orang? Hm ???” Lorenzo melengkungkan bibirnya, tampak bangga,
“Kamu seharusnya memohon padaku baik-baik.”
“Kamu ....” Dewi murka hingga tak sanggup bicara.
“Gua ini lumayan bagus. Hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas dan ada begitu banyak hewan
peliharaan kecil yang bisa jadi sahabat. Jika kamu berbaring di sini sepuluh hari atau setengah bulan, kamu tidak
akan takut pada tikus-tikus ini lagi, mungkin kamu akan makan tikus mentah demi bertahan hidup....”
Saat Lorenzo melihat wajahnya menjadi hijau karena ketakutan, dia merasa geli.
“Kamu ....” Dewi hendak menangis, “Apa yang sebenarnya kamu inginkan?”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Memohon padaku.” Lorenzo akhirnya mengungkapkan tujuannya, “Memohon dan aku akan membawamu
pergi!”
“Kamu...
“Cepatlah, kesabaranku ada batasnya!” Lorenzo akhirnya mengambil kesempatan dalam kesempitan, “Apa kamu
ingin turun gunung dan periksa ke dokter atau tinggal di sini memberi makan tikus, kamu pilih sendiri!”
“Matilah kau.”
Dewi hampir gila karena marah dan hendak memanggil hewan menghadapi Lorenzo, tapi setelah dipikir-pikir,
Jjika mereka diusir oleh hewan, dia benar-benar tidak ada harapan lagi.....
“Kamu benar-benar punya pendirian!” Lorenzo bangkit berdiri, “Karena dia tidak ingin kita selamatkan, untuk
apa menunggu? Ayo pergi.”
“Baik.” Jasper dan Wezo buru-buru mengikuti.
“Tuan...”
Sonny ingin mengatakan sesuatu, tapi diseret oleh kedua pengawal itu.
Sonny yang malang begitu fokus menyelamatkan Dewi, dia masih berteriak dengan cemas, “Tuan, tolong
selamatkan Tabib Dewi, tuan....”
Lorenzo tampak tidak tergerak dan langsung pergi.
Dewi memandang kepergiannya, hatinya merasa sangat cemas. Melihat dia akan keluar dari gua, dia berkata,
“Tolong ... selamatkan aku....”
“Hm?” Lorenzo akhirnya berhenti dan menoleh padanya, “Kamu bilang apa?”